MTani Group

Musim Hujan Tiba: Cara Petani Tetap Aman, Lahan Tetap Produktif

Musim hujan selalu datang dengan dua sisi bagi petani: berkah air yang melimpah sekaligus risiko baru yang harus diantisipasi. Curah hujan tinggi dapat mempercepat pertumbuhan tanaman, tetapi juga memicu genangan, meningkatkan kelembapan, dan membuka peluang serangan penyakit. Karena itu, petani perlu lebih cermat menjaga keselamatan di lapangan dan menyesuaikan cara merawat lahannya agar tetap produktif. Di musim hujan, ada beberapa hal mendasar yang harus menjadi perhatian utama petani agar lahan tetap aman dan produktif, seperti:

1. Drainase Lahan Harus Berfungsi Baik

Drainase yang baik adalah kunci utama keberhasilan bercocok tanam saat musim hujan. Ketika saluran air tidak berfungsi, genangan mudah terbentuk dan membuat akar tanaman kekurangan oksigen, rentan busuk, bahkan gagal tumbuh. Karena itu, petani perlu memastikan setiap parit, selokan, atau jalur pembuangan air dalam kondisi bersih dan tidak tersumbat. Pada lahan yang rawan tergenang, penambahan parit kecil atau peninggian bedengan bisa menjadi langkah sederhana namun efektif untuk memperlancar aliran air. Dengan drainase yang terjaga, kelembapan lahan tetap stabil dan tanaman dapat berkembang optimal sehingga risiko gagal panen dapat ditekan sejak awal.

2. Kenali Pola Hujan & Prediksi Cuaca

Memahami pola hujan dan memantau prediksi cuaca adalah langkah penting agar kegiatan bertani tetap tepat waktu dan aman di musim hujan. Dengan mengetahui kapan hujan deras biasanya turun, petani bisa menyesuaikan waktu tanam, pemupukan, hingga penyemprotan pestisida agar tidak terbuang sia-sia. Informasi dari BMKG atau prakiraan cuaca lokal dapat membantu mengurangi risiko kesalahan waktu yang sering menyebabkan tanaman stres atau gagal berkembang. Semakin tepat petani membaca kondisi cuaca, semakin efisien pula penggunaan tenaga, biaya, dan sarana produksi di lapangan.

3. Gunakan Benih yang Tahan Lembap & Penyakit

Memilih benih yang tahan lembap dan penyakit menjadi langkah penting untuk mengurangi risiko gagal tumbuh di musim hujan. Curah hujan tinggi membuat kondisi lahan lebih basah, sehingga jamur, bakteri, dan penyakit daun lebih mudah berkembang. Karena itu petani perlu menggunakan varietas yang memiliki ketahanan baik terhadap kondisi lembap, terutama agak tahan terhadap penyakit hawar daun dan tahan terhadap penyakit blast. Salah satu contohnya seperti benih padi varietas M70D.

4. Waspada Penyakit Lembap 

Musim hujan membuat pertanaman padi berada dalam kondisi sangat lembap, sehingga daun sering basah dan area antar rumpun sulit kering. Situasi ini memicu pertumbuhan jamur dan bakteri yang dapat menyerang dengan cepat. Kondisi lahan juga berpengaruh terhadap munculnya penyakit pada padi sehingga menimbulkan kerusakan & kerugian (Nuryanto, 2017). Oleh karena itu, ada beberapa penyakit yang perlu diwaspadai saat cuaca basah berlangsung lama, seperti:

  • Blast (Penyakit Blas/Patah Leher)
  • Hawar Daun Bakteri (HDB/Bacterial Leaf Blight)
  • Tungro
  • Busuk Pelepah (Sheath Blight)
  • Kresek/Hawar Daun Bakteri (BLB)
  • Bercak Coklat (Brown Spot)

5. Jarak Tanam Lebih Renggang untuk Sirkulasi Udara

Jarak tanam yang lebih renggang menjadi salah satu strategi penting untuk menjaga kesehatan tanaman padi, terutama pada musim hujan. Ketika tanaman diberi ruang yang cukup, sirkulasi udara di antara rumpun menjadi lebih lancar sehingga kelembapan tidak terperangkap terlalu lama. Kondisi ini membantu menghambat perkembangan jamur dan bakteri penyebab penyakit seperti blast, kresek, maupun busuk pelepah. Selain itu, jarak tanam yang optimal juga memudahkan cahaya matahari masuk ke seluruh bagian tanaman, memperkuat pertumbuhan dan mengurangi risiko infeksi. Dengan kata lain, jarak tanam yang lebih renggang bukan hanya soal ruang, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi tanaman padi untuk tumbuh.

Perubahan cuaca yang semakin tidak menentu menuntut petani untuk lebih cermat menjaga kondisi lahannya. Drainase yang berfungsi baik membantu mencegah genangan, sementara pemahaman pola hujan dan prediksi cuaca membuat keputusan tanam maupun perawatan lebih tepat. Penggunaan benih yang tahan lembap dan penyakit memberi perlindungan sejak fase awal, disertai pengendalian dini terhadap penyakit yang berkembang cepat pada kondisi basah. Pengaturan jarak tanam yang lebih renggang pun mendukung sirkulasi udara yang sehat. Apabila seluruh langkah ini diterapkan secara konsisten, lahan akan tetap aman, tanaman lebih kuat, dan produktivitas terjaga sepanjang musim hujan.

Daftar Pustaka: Nuryanto, B. (2017). Penyakit Hawar Pelepah (Rhizoctonia solani) pada Padi dan Taktik Pengelolaannya. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 21(2), 63-71.

Penulis: Rizka Alvina Rachmawati

Editor: MTani Editor (Nur Syifaa Ramdani)

Share the Post: