Kelembapan tinggi pada musim hujan menciptakan kondisi ideal bagi banyak jenis gulma untuk berkecambah lebih cepat. Biji gulma umumnya memiliki tingkat responsivitas yang tinggi terhadap air, sehingga ketika curah hujan meningkat dan tanah menjadi jenuh, proses penyerapan air oleh biji berlangsung lebih cepat dan merangsang pecahnya dormansi. Pada musim penghujan kepadatan gulma relatif lebih tinggi dibandingkan musim kemarau, karena pada musim penghujan air tersedia dalam jumlah yang cukup. Kondisi ini menuntut petani untuk lebih waspada dan menerapkan strategi pengendalian gulma sejak fase awal musim tanam.
Curah hujan yang tinggi dapat mempercepat ketersediaan nutrisi di dalam tanah karena air membantu melarutkan unsur hara yang tertahan di permukaan dan membawanya masuk ke zona perakaran. Ketika pasokan nutrisi menjadi lebih mudah diakses, gulma yang memiliki karakter pertumbuhan cepat dan agresif cenderung lebih sigap memanfaatkannya dibandingkan tanaman utama. Akibatnya, gulma dapat tumbuh lebih pesat, memperluas sebarannya, dan berpotensi mendominasi lahan jika tidak dikelola dengan baik selama musim hujan (Da-Lopez dkk, 2020). Secara umum, kondisi ini menjelaskan mengapa gulma sering kali berkembang lebih cepat pada periode musim hujan:
- Kelembapan tinggi mempercepat perkecambahan
- Nutrisi tanah lebih mudah tersedia
- Suhu hangat+lembap = lingkungan ideal
- Laju pertumbuhan gulma lebih agresif
- Kurangnya pengendalian saat musim hujan
- Benih gulma mudah terbawa air
Selain faktor curah hujan, kondisi suhu yang hangat dan kelembapan yang tinggi menciptakan lingkungan ideal bagi gulma untuk berkecambah. Suhu yang relatif stabil pada musim hujan menjaga proses fisiologis gulma tetap optimal, sementara kelembapan tinggi membantu mempertahankan ketersediaan air di permukaan tanah. Kombinasi suhu yang hangat namun tidak terlalu panas dengan tingkat kelembapan yang tinggi menciptakan kondisi ideal bagi berbagai spesies gulma untuk berkembang. Dalam situasi tersebut, gulma cenderung tumbuh lebih agresif dan cepat mendominasi area tanam, terutama ketika pengendalian tidak dilakukan secara rutin selama musim hujan.
Kondisi tanah yang sering tergenang terutama saat musim hujan dapat mempercepat pertumbuhan gulma karena lingkungan becek memberi peluang besar bagi spesies yang adaptif terhadap air. Beberapa jenis seperti Echinochloa dan Fimbristylis mampu bertahan dan berkembang optimal di lahan berair, menjadikan sawah yang selalu basah sebagai habitat yang ideal. Akibatnya, keberadaan gulma ini dapat meningkat pesat selama musim hujan dan berpotensi bersaing kuat dengan tanaman padi.
Tanaman padi cenderung mengalami stres selama musim hujan akibat kondisi lingkungan yang kurang mendukung, seperti akar yang kekurangan oksigen dan daun yang lembap, sehingga daya saingnya melemah. Kondisi ini dimanfaatkan oleh gulma yang memiliki kemampuan adaptasi lebih tinggi untuk tumbuh lebih cepat dan mendominasi area tanam. Oleh karena itu, pengendalian gulma pada musim hujan perlu dilakukan secara intensif melalui pengelolaan drainase yang baik, pemantauan lahan secara rutin, serta penerapan metode pengendalian yang tepat, agar produktivitas padi tetap terjaga.
Daftar Pustaka: Yosefus F. da-Lopez, Nina J. Lapinangga, & Jacqualine A. Bunga (2020). Bahan Ajar Perlindungan Tanaman (MLK22203/2(1-1)) untuk Program Studi Manajemen Pertanian Lahan Kering. MPLK Politeknik Pertanian Negeri Kupang.
Penulis: Rizka Alvina Rachmawati
Editor: MTani Editor (Nur Syifaa Ramdani)


